PERISTIWA

Satu Keluarga Tewas, Sistem Sosial Saat Ini Bikin Was-Was

Sabtu, 12 November 2022 | 08.00 WIB

Penulis: Yuli Ummu Raihan (Penggiat Literasi)

Focustangerang.com – Warga perumahan Citra Garden Extension Blok AC5 Nomor 7, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat geger setelah satu keluarga ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam rumah mereka. Sungguh miris, kejadian tragis ini baru diketahui tetangga, karena mereka mengira keluarga ini sudah pindah sejak beberapa pekan lalu.

Kematian empat orang yang merupakan satu keluarga ini baru diketahui pada Kamis, 11/11/2022. Salah satu warga mencium bau tidak sedap seperti bangkai yang berasal dari rumah tersebut sejak Senin, 7/11/2022, Kemudian ia melaporkan kepada pihak RT setempat namun tidak langsung diperiksa.

Rabu, 9/11/2022 bau tak sedap makin tercium saat petugas PLN datang untuk memutus aliran listrik di rumah itu. Namun, belum ada tindakan untuk mengecek kondisi di dalam rumah tersebut.

Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Pasma Royce menduga satu keluarga ini meninggal karena tidak mengkonsumsi makanan dalam waktu yang cukup lama. Hal ini diketahui dari hasil otopsi pada lambung mayat tidak ada makanan, hingga otot mereka mengecil.

Selain itu tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan benda tumpul dan benda tajam di sekujur tubuh mereka. Pasma menjelaskan satu keluarga itu diperkirakan telah meninggal sejak tiga minggu lalu.

Mereka meninggal secara bertahap lantaran setiap jenazah mengalami tingkat kebusukan yang berbeda. Polisi masih mendalami kasus ini hingga ditemukan penyebab pasti kematian mereka.

Para korban itu adalah pasangan suami RG (71), istri RM (66), anak perempuan DF (42) dan adik laki-laki sang suami. BG (68). Mereka ditemukan di ruang kamar dengan posisi tidur, dan ruang tamu dalam posisi bersandar di sofa. (Tribunnews.com)

Sistem Sosial Hari ini Memprihatinkan

Kejadian tragis ini tentu membuat kita sadar, bahwa sistem sosial kita hari ini sungguh sangat memprihatinkan. Meski tinggal di satu komplek yang sama, tapi masyarakat hidup individual. Masyarakat sibuk dengan urusan masing-masing, hingga kadang abai pada sekitar. Tuntutan hidup yang makin tinggi membuat ritme kehidupan berjalan begitu cepat. Pergi pagi pulang malam, menghabiskan waktu untuk bekerja, dan beraktivitas kadang membuat kita tidak sempat bercengkrama dengan sesama terutama tetangga. Apalagi kalau tinggal di perumahan, setiap rumah dipagar tinggi, keluar rumah memakai kendaraan, hingga tidak ada peluang untuk bertegur sama kecuali sekadar senyum atau membunyikan klakson kendaraan saat berpapasan.

Kecanggihan teknologi komunikasi juga membuat hubungan sosial semakin berjarak. Meski berada di suatu tempat yang sama tapi tidak ada interaksi karena semua sibuk dengan gadgetnya. Teman di dunia maya lebih menarik dibandingkan teman dunia nyata. Kalimat dan senyum manis tergantikan oleh emoji dan deretan huruf yang dikirimkan lewat gawai pintar.

Kalau pun mereka saling update terkait kondisi satu sama lain lewat status media sosial, semua hanya semu. Seringkali kita merasa pesan duka cita melalui whatsapp sudah mewakili sehingga tidak perlu lagi takziyah ketika ada yang meninggal, ucapan dan doa melalui pesan ketika ada yang sakit atau berbahagia menggantikan raga untuk saling bertemu dan bercengkrama.
Kita semua memohon ampun atas ketidaktahuan kita akan kondisi saudara kita ini.

Islam Memiliki Sistem Sosial yang Sempurna

Sebagai makluk sosial tentu kita membutuhkan bantuan orang lain. Kita tidak mungkin bisa hidup sendiri dan melakukan segala hal tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu Islam sebagai sistem hidup menuntun penganutnya untuk berbuat baik antar sesama terutama tetangga yang merupakan orang yang paling dekat dengan keseharian kita.
Sungguh ketika berbuat baik pada sesama sejatinya kita sedang berbuat baik untuk diri kita sendiri. Begitu pun sebaliknya.

Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita paling banyak berinteraksi dengan tetangga baik langsung atau tidak. Apalagi bagi para perantau, tetangga adalah pengganti keluarga, karena merekalah yang lebih tau kondisi kita. Mereka yang melihat kondisi kita.

Ulama membagi tetangga menjadi 3 jenis yaitu pertama yang memiliki satu hak. Mereka adalah tetangga musyrik yang tetap berhak diperlakukan dengan baik dan tidak boleh disakiti. Kedua, tetangga Muslim yang memiliki dua hak yaitu hak sebagai tetangga dan sebagai seorang Muslim. Ketiga tetangga yang memiliki tiga hak yaitu sebagai tetangga, Muslim dan kerabat.

Rasulullah SAW sebagai tauladan kita telah memberikan contoh bagaimana memperlakukan tetangga. Kita harus berbuat baik tanpa memandang apakah dia kaya atau miskin, dekat atau jauh, Muslim atau non-muslim.

Rasulullah SAW juga mengajarkan kita untuk saling membantu, memuliakan, menghormati, tidak merendahkan, menghina apalagi menyakiti tetangga.

Rasulullah SAW pernah bersabda tentang berbuat baik kepada tetangga.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ”.

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menghormati tetangga juga bisa dilakukan dengan cara tidak menggangunya. Salah satu hadist terkait dengan larangan untuk tidak mengganggu tetangga tercantum dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad.

Berikut narasi hadits tersebut:

أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ‏:‏ قِيلَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ فُلاَنَةً تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ وَتَفْعَلُ، وَتَصَّدَّقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا‏؟‏ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم‏:‏ لاَ خَيْرَ فِيهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، قَالُوا‏:‏ وَفُلاَنَةٌ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ، وَتَصَّدَّقُ بِأَثْوَارٍ، وَلاَ تُؤْذِي أَحَدًا‏؟‏ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم‏:‏ هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ‏.‏

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.” Para sahabat lalu berkata: “Terdapat wanita lain. Dia (hanya) melakukan shalat fardhu dan bersedekah dengan gandum, namun ia tidak mengganggu tetangganya.” Beliau bersabda: “Dia adalah dari penduduk surga.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 119. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Begitu pula dengan Rasulullah dalam sabdanya,

ما زالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بالجارِ حتَّى ظَنَنْتُ أنَّه سَيُوَرِّثُهُ

Artnya: “Malaikat Jibril tidak henti-hentinya berpesan kepadaku mengenai tetangga, sampai sampai aku menyangka tetangga akan dijadikan ahli waris.” (HR Abu Dawud)

Dalam sabda Nabi SAW yang lain juga dikatakan, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia memuliakan tetangganya.” (HR Bukhari & Muslim)

Dalam kitab Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabar

Tidak menyakiti tetangga bisa dengan ucapan atau perbuatan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:

مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فلا يُؤْذِ جارَهُ

Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah menyakiti tetangganya.” (HR Bukhari & Muslim).

Rasulullah SAW dalam sabdanya yang lain juga mengatakan: “Demi Allah, tidaklah beriman. Demi Allah, tidaklah beriman”. Lantas beliau ditanya oleh sahabat, “Siapakah ia, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari perbuatan jahatnya.” (HR Bukhari & Muslim

Bentuk perbuatannya bisa dengan tolong menolong ketika dibutuhkan, tidak mengusiknya, juga memaafkan kekeliruan yang diperbuat, atau perilaku lain yang terpuji.

Rasulullah SAW mengingatkan wanita muslim di zamannya untuk tidak menyepelekan pemberian tetangga walau hanya berupa kaki kambing.

يا نِساءَ المُسْلِماتِ، لا تَحْقِرَنَّ جارَةٌ لِجارَتِها، ولو فِرْسِنَ شاةٍ

Artinya: “Wahai para istri kaum Muslimin, jangan sampai seorang tetangga meremehkan (pemberian) tetangganya, meski hanya berupa kaki kambing.” (HR Bukhari & Muslim).

Rasulullah SAW juga mengajarkan untuk berbagi dengan tetangga, jika memiliki rezeki yang lebih. Sabda Nabi SAW kepada Abu Dzarr, “Wahai Abu Dzarr, apabila engkau memasak maraqah (sayur) maka perbanyaklah kuahnya dan bagikanlah kepada tetangga-tetanggamu.” (HR Muslim & Ad-Darimi).

Apabila hendak menjual atau menyewakan bangunan yang menempel dengan rumah tetangga, hendaknya untuk menawarkan dan berkonsultasi kepada tetangga terlebih dahulu.

Berdasarkan hadits Rasulullah, “Barangsiapa memiliki tetangga yang temboknya menempel dengan rumahnya atau yang satu rumah dengannya (memilikinya secara bersama), janganlah menjual rumah itu sebelum menawarkan kepadanya terlebih dahulu.” (HR Al-Hakim).

Demikian beberapa adab bertetangga dalam Islam. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berbuat baik kepada sesama khususnya tetangga. Mari kita perhatian kondisi tetangga kita, mungkin ada yang tidak punya makanan, sedang sakit, tertimpa musibah, atau mendapat anugrah. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang, karena sungguh kita semua kelak akan diminta pertanggungjawaban.

Wallahua’lam bissawab

Redaksi Focus

Putera Tigaraksa - Kab. Tangerang, Senang Berkegiatan Sosial. Berawal dari keinginan belajar menulis, kini menulis menjadi HOBI.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button