Oleh: Erna Ummu Aqilah
Ibu merupakan sosok wanita mulia, sosok yang tangguh, kuat, sekaligus tempat mencurahkan segala rasa bagi anak-anaknya. Pengorbanan seorang ibu bagi kebahagiaan keluarga, ibarat mentari yang menyinari dunia. Hingga sebab itulah, pemerintah secara resmi menjadikan satu hari spesial untuk menghormati jasa-jasanya.
Sejarah awal mula diperingati hari ibu adalah adanya perkumpulan organisasi dari Sumatera dan Jawa, yang berkumpul untuk berdiskusi dan bertukar pikiran serta menyatukan gagasan, di Dalem Jayadipura, Yogyakarta.
Dalam sebuah konggres perempuan pertama, dengan tujuan mengubah nasib kaum perempuan di Indonesia. Mereka ingin membangun kesadaran bagi kaum perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya.
Baca juga: Semeru, Bukti Lemahnya Manusia
Konggres ini dihadiri 600 orang dari 30 organisasi yang dinamakan Perikatan Perkoempolan Istri Indonesia (PPII). Dan konggres yang ketiga mendapat dukungan dari Presiden Soekarno, melalui Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959. Dan melalui surat keputusan tersebut, setiap tanggal 22 Desember resmi menjadi hari ibu.
Meskipun setiap tahunnya momen peringatan rutin diadakan, faktanya tidak semua ibu dapat merasakan kebahagiaan tersebut. Bagi orang berada mungkin akan menjadi hari yang spesial, di mana seluruh anggota keluarga akan menyiapkan pesta perayaan hari ibu dengan acara, berkumpul bersama anggota keluarga, makan bersama bahkan dengan memberikan hadiah dan kejutan.
Namun, kebahagiaan itu hanya dapat dinikmati segelintir orang saja. Banyak sosok ibu di hari spesial ini, justru disibukkan dengan berbagai rutinitas mereka tanpa memperdulikan hari spesial tersebut. Sebab tidak terbiasa atau memang dalam kondisi keluarga yang kekurangan, sehingga harus tetap bekerja keras demi membantu perekonomian keluarga.
Berapa banyak ibu yang terpaksa harus meninggalkan keluarga tercinta, karena merantau ke kota lain bahkan sampai ke negara tetangga demi alasan ekonomi keluarga.Bagi seorang perempuan tinggal di daerah lain bukan tanpa resiko, banyak diantara mereka yang mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, mulai dari kekerasan fisik maupun sikis.
Baca juga: Peringatan Hak Asasi Manusia dan Realitanya
Dalam sistem kapitalis sekuler saat ini, perempuan dituntut kuat, mandiri dan mampu menjadi penopang ekonomi bagi keluarga. Sebab bahagia dalam pandangan mereka adalah, terpenuhinya segala kebutuhan materi. Jadi ukuran bahagia adalah keberhasilan dalam meraih materi sebanyak-banyaknya.
Berbeda dengan pandangan Islam, Islam penempatkan perempuan (ibu) pada posisi yang sangat mulia, yakni sebagai ibu sekaligus mengatur rumah tangga. Kebahagiaan tertinggi ketika berhasil meraih ridho Allah Swt.
Yakni mampu mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa, sekaligus patner bagi suami untuk bersama-sama menjalankan perintah dan menjauhi segala larangannya. Sehingga bersinergi dalam mewujudkan ketakwaan kepada Allah Swt.
Baca juga: AIDS Persoalan Dunia Yang Mengancam Kita
Sebab Rasulullah Saw telah bersabda:
Seseorang telah datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?” Nabi Saw menjawab, “Ibumu!” dan orang tersebut kembali bertanya, ” kemudian siapa lagi?” Nabi Saw menjawab, “Ibumu!” orang tersebut bertanya kembali, “kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab “Ibumu!” orang tersebut bertanya kembali, “kemudian siapa lagi?” Nabi Saw menjawab,” kemudian ayahmu!” (HR Al Bukhari).
Berdasarkan Hadis tersebut Rasulullah Saw mengucapkan sebanyak 3x kata Ibumu baru ayahmu. Betapa mulianya sosok ibu dalam pandangan Islam, menghormati orangtua terutama ibu merupakan suatu kewajiban, yang harus dilakukan di setiap saat dimanapun dan kapanpun. Bukan hanya dalam satu momen tertentu saja. Dengan kemuliaan Islam, tidak akan kita jumpai anak yang menelantarkan orangtua, menyakitinya apalagi sampai menggugat hanya karena urusan harta, naudzubillahi mindzalik.
S | S | R | K | J | S | M |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | ||||
4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 |
18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 |
25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 |
Editor : Epul