OPINI
Trending

Serang Berduka Banjir Kembali Melanda

Kamis, 10 Maret 2022 | 10.00 WIB

Oleh: Erna Ummu Aqilah

Banjir datang lagi menyapa masyarakat Serang Banten. Tingginya curah hujan mengakibatkan meluapnya air sungai hingga menerjang tempat tinggal warga.

Negara kita yang beriklim tropis memiliki dua musim yakni musim kemarau dan musim penghujan. Bila kemarau melanda sebagian wilayah mengalami kekeringan, sebaliknya bila musim hujan banjir kerap melanda.

Seperti yang baru saja terjadi, akibat curah hujan yang tinggi mengakibatkan Serang dilanda banjir. Bahkan di wilayah Kaujon Kelurahan Serang Kecamatan Kota Serang ketinggian air mencapai lima meter lebih.

Menurut Walikota Serang Syafrudin, secara keseluruhan terdapat 22 titik banjir. Banjir diakibatkan meluapnya air sungai, yakni kali Cibanten dan Sindangheula.(KabarBanten 1/3/2022).

Menurut warga banjir kali ini paling parah jika dibandingkan dengan banjir sebelumnya. Tentunya bencana banjir mengakibatkan kerugian materi yang luar biasa. Apalagi saat masih pandemi dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok, tentu semakin menambah penderitaan bagi masyarakat.

Sering terjadinya banjir bukan sekedar faktor alam semata, juga bukan masalah teknis seperti masalah kurangnya drainase, resapan air, kanal dan lainya. Akan tetapi merupakan masalah sistemik akibat diterapkan sistem kapitalis.

Kapitalis senantiasa memandang segala sesuatu berdasarkan untung dan rugi. Tata kelola kota dan pembangunan infrastruktur diserahkan kepada kaum kapitalis, yang berorientasi memenangkan bisnis dan tidak memperhatikan lingkungan. Bagi mereka yang terpenting adalah bagaimana dengan modal yang sekecil-kecilnya, namun mampu memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Meskipun akibatnya merugikan masyarakat secara luas.

Ditambah lagi dengan kebiasaan buruk masyarakat, yang terbiasa membuang sampah sembarangan semakin memperburuk keadaan. Jadi cara efektif menyelesaikan persoalan banjir tidak cukup sekedar perbaikan teknis, tetapi harus menyentuh perubahan secara idiologis.

Islam merupakan agama yang sempurna, dengan seperangkat aturannya mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Sebab Islam bersumber dari Zat yang Maha Sempurna yakni Allah Swt.

Islam punya cara canggih dan efisien dalam menyelesaikan persoalan banjir. Ada dua cara yakni mengatasi ketika terjadinya banjir, dan pasca banjir.

Jika kasus banjir disebabkan keterbatasan daya tampung tanah terhadap curah hujan, gletser, rob dan sejenisnya, maka pemerintah akan membangun bendungan-bendungan yang mampu menampung curah hujan, untuk mencegah banjir sekaligus berfungsi sebagai irigasi.

Pemerintah memetakan daerah rendah dan rawan genangan, sekaligus membuat kebijakan melarang masyarakat membangun pemukiman di wilayah tersebut. Secara berkala pemerintah melakukan pengerukan lumpur-lumpur di sungai dan daerah aliran air agar tidak terjadi pendangkalan.

Selain itu melakukan penjagaan secara ketat bagi kebersihan sungai, danau, kanal dengan cara memberi sanksi tegas bagi siapa saja mencemarinya. Juga membangun sumur-sumur resapan di kawasan tertentu.

Pemerintah juga membuat kebijakan tentang pembukaan pemukiman, atau kawasan baru harus menyertakan variabel-variabel, drainase daerah resapan air. Penggunaan tanah harus berdasarkan karakteristik tanah dan topografinya. Juga melarang dengan keras perusakan lingkungan dengan alasan apapun.

Sedangkan dalam menangani korban banjir, pemerintah bertindak dengan cepat dengan melibatkan seluruh masyarakat yang berada dekat dengan daerah bencana. Yakni dengan menyediakan tenda-tenda penampungan, makanan, pakaian serta obat-obatan.

Selain itu pemerintah juga akan mengerahkan para alim ulama dan pemuka agama, untuk memberikan nasehat kepada para korban agar mengambil pelajaran dari musibah yang terjadi, sekaligus menguatkan keimanan agar tetap sabar, ihlas dan tawakal dalam menghadapi cobaan.

Semua kebijakan yang diambil tersebut bukan sekedar berdasarkan rasional semata, tetapi juga berdasarkan nash-nash yang ada dalam syariat Islam. Jadi dengan menerapkan semua kebijakan tersebut masalah banjir akan dapat diatasi.

Wallahu A’lam Bishshawwab.

Redaksi Focus

Putera Tigaraksa - Kab. Tangerang, Senang Berkegiatan Sosial. Berawal dari keinginan belajar menulis, kini menulis menjadi HOBI.

Artikel Terkait

Satu Commen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button