Syariat Islam Menjaga Akidah Umat, Hati-hati Berbuat Syirik
Kamis, 08 September 2022 | 11.10 WIB
Oleh: Yuli Ummu Raihan (Penggiat Literasi)
Focuatangerang.com – Dunia klenik atau hal-hal mistis sepertinya masih sangat akrab dengan keseharian masyarakat Indonesia. Hampir di semua daerah memiliki kepercayaan terhadap hal-hal mistis. Perdukunan, santet, ilmu kebatinan, klenik dan sejenisnya masih jadi PR besar untuk kita selesaikan. Bahkan, mirisnya dukun hari ini memiliki sertifikat. Entah kualifikasi seperti apa sehingga sertifikat tersebut bisa ada dan siapa yang berhak memberikannya.
Aktifitas ini pun dilakukan oleh semua kalangan mulai dari rakyat biasa hingga pejabat negara.
Kita sering kali melihat ada ritual memberikan sesajen di kuburan, kawah gunung, dan laut. Memanggil pawang hujan, meyakini hari dan tanggal tertentu akan membawa kebaikan atau keburukan, penglaris bagi yang berjualan, dan lainnya.
Islam telah datang ratusan tahun ke negeri ini, namun sayang tradisi syirik semacam ini masih saja ada. Berbagai motif masyarakat seperti untuk pengobatan, pelancar rezki, penambah rasa percaya diri, dan menghindari bahaya menjadi alasan tradisi syirik ini terus eksis.
“Islam Menjaga Akidah Umat”
Islam datang untuk membawa manusia menjadi lebih baik. Meninggalkan kebiasaan jahiliyah yang banyak menimbulkan mudharat. Islam sangat jelas mengharamkan hal-hal semacam ini. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan (al-Muubiqaat). Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau menjawab, syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali jika lewat jalan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan qadzaf (menuduh wanita mukmin melakukan zina).” (HR Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)
Di dalam kitab Ibnu Katsir juga disebutkan bahwa dosa syirik akan dibawa hingga ajal menjemput. Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.
Islam sudah sangat tegas mengatur tentang perkara ini.
Allah ﷺ berfirman
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.”
(QS Luqman ayat 34)
Sementara itu, dalam hadits riwayat Imam Ahmad, Nabi ﷺ Muhammad bersabda sebagai berikut ini
من أتى عرافا أو كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد
“Barangsiapa mengunjungi seorang arraaf atau peramal (dukun) dan percaya pada apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad (Alquran).”
Hadits sahih diriwayatkan Imam Ahmad.
Islam diterapkan salah satunya bertujuan untuk menjaga akidah umat.
Maka, Islam akan mengeluarkan peraturan yang akan menutup celah praktik ini eksis. Negara sebagai pelayan rakyat akan menjamin terpenuhi kebutuhan dasar semua rakyat mulai dari pangan, sandang dan papan. Negara juga menjamin kesehatan, pendidikan dan keamanan semua rakyat tanpa kecuali.
Dengan hal ini, tentu rakyat tidak perlu lagi datang ke dukun untuk berobat karena tidak mampu mengakses sarana kesehatan.
Rakyat yang terjamin pendidikannya tentu tidak akan bodoh dengan mendatangi para dukun yang bergelar orang pintar. Rakyat yang terjamin keamanannya tentu tidak perlu meminta bantuan dukun untuk mendapatkan azimat, ilmu kebal, atau kesaktian lainnya.
Negara juga senantiasa menjaga akidah umat dengan senantiasa mengkondisikan lingkungan yang Islami. Semua hal-hal yang dapat membahayakan akidah akan diberantas hingga tuntas. Negara akan membuat aturan yang tegas dan memberikan sanksi yang tegas bagi siapa saja yg melanggar.
Masyarakat juga akan senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar ketika menemukan praktek kesyirikan ini. Seperti yang viral belakangan ini seorang yang dijuluki Pesulap Merah dengan berani membongkar trik para dukun yang telah membodohi dan merugikan masyarakat. Inilah yang harus dicontoh oleh Muslim yang lain. Karena aktifitas amar makruf nahi mungkar atau berdakwah itu tidak mutlak tugas pemuka agama saja. Semua bisa berdakwah dengan berbagai cara asal tidak melanggar syariah. Bukankah ketika melihat kemungkaran kita dituntut untuk mencegah dengan lisan, tangan, dan minimal menyangkalnya dengan hati yang itu adalah bentuk selemah-lemahnya iman?
Sejatinya hanya Islam dengan kesempurnaan aturannya yang mampu menjaga akidah umat dan menghapus segala hal yang dapat merusak akidah. Semua itu tentu akan terwujud saat aturan Islam diterapkan secara kaffah oleh seluruh masyarakat khususnya umat Islam.
Wallahu a’lam bishawab.