OPINI
Trending

Kerusakan Perilaku Generasi, Adakah Solusi Pasti?

Minggu, 07 Agustus 2022 | 14.58 WIB

Penulis : Umi Fahri 

Focustangerang.com – Perilaku perundungan (bullying) masih kerap terjadi pada anak usia sekolah, termasuk siswa Sekolah Dasar (SD). Perilaku ini memberikan dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak, baik perkembangan psikomotor maupun psikologis. Semua itu terjadi dikarenakan beberapa faktor salah satunya, kurangnya pendidikan empati terhadap orang lain.

Hal ini tidak mungkin terjadi jika ada pemahaman moral yang tinggi pada anak. Sehingga mereka dapat menilai suatu perbuatan, apakah itu bernilai baik atau buruk. Secara tidak langsung anak akan menjaga perilakunya, agar tidak melukai ataupan menyakiti perasaan orang lain. Sehingga tidak akan terjadi perilaku perundungan, sampai menewaskan nyawa temannya.

Kasus yang terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat, merupakan salah satu bukti nyata, jika generasi tanpa adanya pemahaman moral. Bocah kelas enam SD jadi korban bullying, dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya. Hal itu mengakibatkan bocah malang tersebut mengalami depresi, hingga sakit keras dan kemudian meninggal.

Psikiater RSIA Limijati Kota Bandung dr. Elvine Gunawan mengatakan, aksi bullying sebetulnya bukan kasus baru. Dimana bullying menurutnya memiliki dampak yang luas.

“Setiap kasus bullying baik ringan atau seperti ini sudah ekstrem, bukan lagi bullying secara verbal. Tapi ini lebih kekerasan secara fisik walaupun menggunakan cara lain. Hal ini berdampak pada kesehatan jiwa, buat orang yang melakukan sudah pasti ada gangguan jiwa. Untuk orang terkena dampak, jelas dan terakhir juga saksinya,” kata Elvine kepada Detik Jabar, Kamis (21/7/2022).

Tidak berhenti pada kasus bullying ekstrem saja yang terjadi di luar nalar, akan tetapi mewabahnya racun Citayam Fashion Week (CFW) sebagai perusakan dan juga pembajakan potensi generasi. Bagaimana tidak? Aktivis mereka di jadikan ajang manfaat yang dapat mendatangkan materi bagi kepentingan pemerintah.

Citayam Fashion Week (Dokumen)

Citayam Fashion Week Dukuh Atas Jakarta Pusat itu, yang dilakukan anak-anak nongkrong dengan berjalan berlenggang di zebra cross, dengan bergaya bak artis. Hal itu sudah tentu mengganggu pejalan kaki, juga pengguna jalan raya lainnya.

Meskipun demikian, pemerintah hanya memberikan solusi dengan cara membubarkan mereka berdasarkan ketentuan waktu. Sebab hal tersebut dianggap untuk membiasakan disiplin waktu, mengingat semuanya masih pelajar SD, SMP, hingga SMA.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, “sebelum pukul 22.00 WIB, sebaiknya sudah di rumah. Ini bagian untuk mencegah kekerasan, pelecehan terhadap anak. Karena angka kekerasan meningkat, prostitusi daring juga meningkat.” (Republika.CO.ID, 24/7/2022).

Dalam hal ini juga ditambahkan bahwa, pihaknya akan terus mencarikan tempat lain bagi anak-anak yang ingin melakukan fashion week, agar tidak dilakukan di zebra cross Dukuh Atas. Tidak hanya itu, semua itu dapat dukungan atas kreativitas berekspresi anak-anak nongkrong tersebut. Meskipun sudah jelas bahwa hal itu merusak moral mereka.

Tergambar jelas bahwasanya, berbagai masalah yang menimpa generasi bukanlah hal kebetulan. Fenomena ini adalah hasil dari racun “fun, fashion, music” yang sudah lama didengungkan. Melalui tiga cara itu, mereka digiring untuk memikirkan kebahagiaan dunia saja tanpa sedikitpun berfikir dengan persiapan hidup setelah kematian.

Potensi mereka dibajak dan dirusak dengan racun Sekulerisme, Liberalisme, Hedonisme, dan pola hidup kapitalistik. Sekulerisme yang menjauhkan mereka dari agamanya, liberalisme mengeluarkan mereka dari batasan berperilaku, hedonisme membuat terlena dengan dunia fana. Sedangkan kapitalistik melahirkan generasi yang memandang kebahagiaan sebatas materi semata.

Fakta ini seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari pemimpin negara. Dimana sebagai kepala pemerintahan harus bertanggung jawab atas rakyatnya, dan berkewajiban untuk mengevaluasi kondisi generasi saat ini. Bukan sebaliknya, dengan mengapresiasi dan memfasilitasi, apalagi sekedar memberikan pernyataan normatif. Seharusnya seorang pemimpin harus bijaksana dan amanah dalam menjalankan tugasnya, karena semua itu akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt.

Dalam Islam, meletakkan tanggung jawab terutama mendidik generasi tidak hanya pada orang tua saja, melainkan masyarakat dan juga negara. Tentu saja dalam sistem Islam, negara mempunyai kekuasaan untuk menentukan arah pandang pendidikan yang benar. Dengan mengevaluasi problematika yang ada, maka negara dapat memahami bahwa pendidikan salah atau sudah benar.

Di samping itu negara perlu menyaring segala informasi yang dapat merusak dan menjauhkan mereka dari jalan semestinya. Masyarakat yang kondusif diperlukan untuk menjaga pertumbuhan generasi. Jika seluruh fungsi berjalan dan hanya bersandar pada hukum Islam, maka generasi akan selamat dari cengkeraman dunia fana.

Wallahu a’lam Bishshawwab.

Redaksi Focus

Putera Tigaraksa - Kab. Tangerang, Senang Berkegiatan Sosial. Berawal dari keinginan belajar menulis, kini menulis menjadi HOBI.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button